Menemukan gagasan
pokok dan pendukung dari teks permainan tradisional!
Permainan Kucing
Buta
Dimainkan oleh
anak-anak perempuan yang berusia 10 -14 tahun dengan jumlah minimum 10 orang.
Salah seorang pemain matanya ditutup dengan kain, sehingga tidak dapat melihat
seperti orang buta disebut permainan kucing buta. Permainan ini dilakukan di
halaman rumah, di lapangan yang datar. Mereka memilih salah seorang menjadi
pemeran kucing buta dan kadang-kadang ada yang langsung rela untuk memainkan
kucing itu.
Pemeran kucing buta
ditutup matanya dengan serebet atau sapu tangan sehingga tidak bisa melihat. Semua
pemain berpegang tangan membentuk lomgkaran mengelilingi kucing buta, sambil
melagukan seperti syair kucing buta cari aku, siapa dapat aku menunggu sampai
dua tiga kali sesuai kesepakatan. Seluruh pemain secara serentak duduk
berjongkok dan diam tak berusara. Bila di antara anak-anak ada yang bersuara
makan dengan spontan kucing buta menuju suara tersebut dan langsung
merangkulnya dan menyebut namanya. Bila tebakan tersebut benar maka kucing buta
dikatakan menang oleh musuh-musuhnya. Sehingga terjadi pergantian pemeran
kucing buta. Bila tebakannya salah maka kucing buta statusnya tetap dan
permainan dilanjutkan seperti semula.
Pemantulan dan Penyerapan Bunyi
Bunyi dapat dipantulkan dan diserap.
1. Pemantulan Bunyi
Sebuah kelereng yang dilemparkan ke dindin akan mengalami
pemantulan, demikian juga dengan bunyi. Bunyi juga dapat
memantul, jika dalam perambatannya dihalangi oleh benda yang permukaannya
keras, seperti kayu, kaca, dinding, atau besi.
2. Penyerapan Bunyi
Bunyi juga dapat diserap. Benda-benda yang dapat menyerap bunyi adalah
benda yang permukaannya lunak. Benda yang demikian disebut
peredam
bunyi, misalnya karpet, goni, kertas, kain, busa, dan wol.
Benda-benda
tersebut dapat digunakan untuk mencegah terjadinya
gaung
atau kerdam. Dinding dan langit-langit gedung pertemuan,
studio
rekaman, dan gedung bioskop dilapisi dengan bahan-bahan
tersebut
supaya tidak terjadi gaung atau kerdam.
Macam-Macam Bunyi Pantul
1. Gaung atau Kerdam
Gaung atau kerdam terjadi karena bunyi
dipantulkan
oleh dinding yang jaraknya tidak
jauh
dari sumber bunyi. Hal itu menyebabkan
datangnya
bunyi pantul bersamaan dengan
bunyi
asli yang belum selesai terucapkan.
Akibatnya,
bunyi pantul mengganggu bunyi asli
sehingga suara yang terdengar tidak jelas.
2. Gema
Gema
terjadi karena bunyi dipantulkan oleh dinding
yang jaraknya jauh dari sumber bunyi. Hal
itu menyebabkan datangnya bunyi pantul setelah
bunyi asli selesai terucapkan. Jadi, bunyi pantul
yang terdengar lengkap sesudah bunyi asli. Gema
sering terjadi di gua-gua, lembahlembah,dan bukit-bukit yang jaraknya
jauh serta
permukaannya keras dan rapat. Selain itu, gema juga dapat dipergunakan untuk
mengukur kedalaman jurang atau gua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar