About

Kamis, 21 November 2013

pengalaman menyenangkan dan menyedihkan

PENGALAMAN


pengalaman diri
bu guru masuk kelas
kemarin memberi tugas
anak anak diminta
membuat cerita
cerita pengalaman diri
boleh pengalaman berkesan
boleh pengalaman lucu
boleh pengalaman menyedihkan
hari ini tugas dikumpulkan
anak anak mengerjakan dengan baik
pak guru membacanya
membaca satu per satu
berikut cerita anak anak
a jatuh dari sepeda
bacalah dengan nyaring
jika belum lancar
ejalah dengan jelas

berikut cerita ana
dodi punya sepeda
dodi suka bersepeda
dodi suka berkeliling
ketika dia akan berbelok tiba-tiba keseimbangannya tak terkendali dan braak....


sepeda dodi jatuh
dodi ikut jatuh
dan lutut dodi pun terluka
pengalaman yang di alami ana adalah pengalaman yang menyedihkan

Rachel pergi berlibur
Rachel dan keluarga pergi ke pantai
Rachel dan kakaknya dan ayahnya bermain dengan riang gembira
mereka berenang di pantai bercanda dan tertawa bersama di pinggir pantai
pengalaman yang dialami budi adalah pengalaman yang menyenangkan.

pengalaman menyenangkan dapat di jadikan kenangan terindah
pengalaman menyedihkan dapat dijadikan pelajaran.



Sabtu, 16 November 2013

Teori Model Pembelajaran Jigsaw


1.    Pengertian Cooperative Learning Tipe Jigsaw
Arti jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutkan dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara bekerja gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama (Rusman 2011: 217). Sejalan dengan Isjoni (2007: 54) pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.
Slavin (2010: 246) mengemukakan bahwa jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel. Dan menurut Trianto (2009: 74) dalam belajar kooperatif tipe jigsaw, secara umum siswa dikelompokkan secara heterogen dalam kemampuan.
Menurut Suwangsih & Tiurlina (2006: 164) pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, setiap anggota kelompok ditugaskan mempelajari satu topik tertentu, kemudian akan bertemu dengan kelompok lain yang mempelajari topik yang sama. Setelah berdiskusi dan bertukar pikiran, para siswa kembali ke kelompoknya masing-masing untuk menjelaskan atau mendiskusikan apa yang telah dipelajarinya kepada teman-teman kelompoknya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cooperative learning tipe jigsaw adalah model pembelajaran yang mendorong siswa lebih aktif, dimana siswa, bukan guru yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran, siswa dituntut bekerja sama positif dimana setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi atau mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Selain itu model cooperative learning tipe jigsaw memiliki kelompok awal dan kelompok ahli.

2.    Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw
Dalam pembelajaran cooperative learning terdapat beberapa langkah-langkah pada implementasinya dalam proses pembelajaran. Begitu pula dalam model pembelajaran Cooperative learning tipe jigsaw.
Langkah-langkah pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw menurut Komalasari (2011: 65-66) yang juga sejalan sama dengan pendapat Stephen, Sikes, and Snapp (dalam Rusman, 2011: 220) yaitu sebagai berikut:
1.    Siswa dikelompokkan ke dalam ± 4 orang anggota tim.
2.    Tiap orang dalam tim diberi bagian yang berbeda
3.    Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4.    Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka.
5.    Setelah selesai diskusi sebagian tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
6.    Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7.    Guru memberi evaluasi
8.    Penutup

Menurut Miftahul Huda (2011: 118) mengemukakan bahwa teknis pelaksanaan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw yang pertama, setiap kelompok disajikan informasi yang sama. Kemudian, setiap anggota kelompok yang mendapatkan bagian persoalan yang sama berkumpul menjadi “kelompok ahli” untuk bersama-sama mempelajari dan memecahkan persoalan tersebut. Setelah itu, mereka kembali kekelompoknya masing-masing untuk mengajarkan topik yang lebih spesifik dari informasi tersebut kepada teman-teman satu kelompoknya. Pengajaran ini dibutuhkan agar dirinya dan teman-teman satu kelompoknya bisa siap mengahadapi ujian individu berikutnya. Setelah itu, setiap anggota diuji secara individual melalui kuis. Skor yang diperoleh setiap anggota dari hasil kuis ini akan menentukan skor yang diperoleh oleh kelompok mereka.
Sejalan dengan Slavin (2010: 241) yang juga mengemukakan bahwa kegiatan-kegiatan pengajaran dalam pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw adalah sebagai berikut:
1.        Membaca. Para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk menemukan informasi.
2.        Diskusi kelompok-ahli. Para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli.
3.        Laporan tim. Para ahli kembali ke dalam kelompok mereka masing-masing untuk mengajari topik-topik mereka kepada teman satu timnya.
4.        Tes. Para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua topik.
5.        Rekognisi tim. Skor tim dihitung seperti dalam STAD.

Dengan demikian model cooperative learning tipe jigsaw merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa lebih aktif, dimana siswa, bukan guru yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran, siswa dituntut bekerja sama positif dimana setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi atau mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Pelaksanaaannya terdiri dari 6 langkah seperti yang telah peneliti simpulkan dari berbagai pendapat para ahli, yaitu

1)        Siswa dibentuk kelompok yang heterogen beranggotakan 4-6 orang;
2)        Membaca dan mempelajari materi yang diminta untuk menemukan informasi;
3)        Siswa dengan materi yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok ahli;
4)        Setelah selesai para siswa dalam kelompok ahli kembali ke kelompok semula untuk mengajari atau menjelaskan materi mereka kepada teman satu timnya;
5)        Siswa mengerjakan tes atau post test yang dikerjakan secara individual yang mencakup semua materi yang telah dipelajari;
6)        Menghitung perubahan nilai pre test siswa dengan nilai hasil post test. Kemudian nilai semua anggota kelompok dijumlah dan dirata-rata, sebagai nilai penghargaan kelompok.
Adapun indikator ketercapaian yang dapat dinilai yaitu siswa diharapkan untuk saling bekerja sama dalam diskusi atau belajar kelompok, membaca, memecahkan masalah, serta bertanggung jawab atas materi yang mereka pelajari dan juga bertanggung jawab untuk menyampaikan atau mengajari teman sekelompoknya