About

Rabu, 05 Februari 2020

Tema 7 PB 3 dan 4

Hari/Tanggal : Kamis, 6 Febuari 2020
PB 3
Bahasa Indonesia
Menggali Informasi dari teks

Rumah Gadang, Arsitektur yang Menjadi Wajah Minangkabau


Karakteristik bangunan berarsitektur khas Minangkabau memang mudah dikenali. Hal ini membuatnya menjadi identitas masyarakat Sumatera Barat, bahkan mereka yang berada di perantauan sekalipun. Karena itulah, jika di suatu tempat ditemukan atap bangunan yang terlihat mengadaptasi bentuk tanduk kerbau, hampir bisa dipastikan ada ‘urang awak’ di daerah tersebut.
Di luar Sumatera Barat, jenis rumah adat khas Minangkabau populer dengan sebutan rumah gadang. Di kampung halamannya sendiri, rumah tradisional ini lebih dikenal dengan sebutan ‘rumah bagonjong’. Menurut sejarah aslinya, tidak semua wilayah di Sumatera Barat dapat dibangun rumah adat seperti ini. Rumah bagonjong hanya didirikan di kawasan tertentu yang berstatus nagari. Karena itulah, eksistensi rumah bagonjong atau rumah gadang di luar Minangkabau terjadi karena aturan adat yang melemah seiring perkembangan zaman.
Rumah bagonjong menurut aturan aslinya memiliki beberapa karakteristik atau ketentuan khusus. Karakteristik tersebut antara lain jumlah ruangan yang ditentukan dari jumlah perempuan yang menghuni rumah tersebut. Selain itu, anak-anak dan perempuan yang telah berumur memiliki kamar yang lebih dekat ke arah dapur. Sementara, gadis remaja ditempatkan di satu kamar pada ujung yang berseberangan. Ruangan dalam rumah terbagi menjadi lanjar dan ruang, dengan jumlah ruang dalam satu rumah berjumlah ganjil antara tiga hingga sebelas.
Rumah Gadang, Arsitektur yang Menjadi Wajah Minangkabau
Rumah bagonjong biasanya didirikan di atas tanah milik keluarga induk dalam suatu suku atau kaum. Rumah ini diwariskan antar generasi berdasarkan garis keturunan perempuan, sesuai asas matrilineal yang dianut masyarakat Minangkabau.
Pada pelataran atau halaman rumah, terdapat sepasang bangunan yang berfungsi sebagai lumbung, yang disebut rangkiang. Selain itu, tak jauh dari bangunan rumah biasanya terdapat surau. Selain berfungsi sebagai tempat beribadah, surau juga menjadi tempat tinggal lelaki dewasa yang belum menikah.
Salah satu karakteristik rumah bagonjong adalah hiasan eksterior bangunan. Ornamen ini berupa ukiran kayu yang menjadi pengisi bidang persegi dan lingkaran di permukaan luar bangunan. Motif ukiran yang umum ditemukan di antaranya berupa tumbuhan merambat, bunga, dan buah. Selain itu, motif-motif geometris segitiga, segi empat, dan jajar genjang (belah ketupat) juga umum ditemukan. Motif-motif ini memenuhi dinding, daun jendela, tiang-tiang, dan daun pintu. 
Keragaman suku menyebabkan keragaman budaya contohnya rumah adat. rumah adat dibuat menyesuaikan kondisi alam yang ada di daerah tersebut.
Berikut bentuk - bentuk rumah adat yang ada di Indonesia


Cara Melestarika keragaman rumah adat adalah dengan melakukan:
1. mengunjungi rumah adat saat berlibur ke suatu daerah
2. Tidak mencoret - coret dan merusak fasilitas rumah adat
3. Menjaga kebersihan rumah adat
4. Menghargai bentuk rumah adat
5. Mempromosikan keindahan rumah adat suatu daerah sesuai pengetahuan.

PB 4
Keragaman Rumah adat ada pula keragaman pakaian adat.
berikut pakaian adat yang ada di Indonesia
Cara Melestarikan Pakaian adat yang ada di Indonesia dapat dilakukan :
1. Bangga menggunakan pakaian adat
2. Menggunakan seragam batik di sekolah dengan hari tertentu
3. Mengadakan acara peragaan pakaian adat secara rutin
4. Menghargai pakaian adat daerah lain
5. Mempromosikan keindahan pakaian adat suatu daerah tertentu sesuai pengetahuan.

Keragaman budaya di Indonesia telah kamu ketahui melalui membaca teks. dari setiap teks terdapat berbagai informasi penting, kalian akan mbelajar menghimpun informasi pentig dari suatu teks. Menghimpun berarti mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi berdasarkan teks.

Patung asmat
Patung Asmat adalah salah satu ciri khas wilayah Papua. Suku Asmat di Papua telah dikenal dunia dengan keterampilan mengukirnya sejak tahun 1700an.
Kesenian mengukir di Asmat merupakan bentuk kepercayaan terhadap arwah nenek moyang. Menurut tradisi, nenek moyang suku Asmat disimbolkan dalam bentuk patung serta ukiran.
Budaya mengukir di Asmat lahir dari upacara keagamaan. Di sebagian daerah, upacara adatnya mengharuskan adanya pemotongan kepala manusia dan kanibalisme untuk menenangkan arwah nenek moyang.Supaya tidak harus melakukan hal itu tapi tetap menghormati arwah nenek moyang, mereka membuat patung-patung yang menyerupai arwah nenek moyang tersebut. Menurut kepercayaan nenek moyang menampakkan dirinya dalam mimpi. Penampakan dalam mimpi inilah yang dituangkan menjadi tradisi mengukir dan memahat patung kayu yang kita kenal sebagaipatung Asmat.
Pada mulanya,patung-patung Asmatini dibuat secara kasar dan setelah digunakan dalam upacara agama tertentu lalu ditinggalkan di dalam rawa. Ini sebagai wujud para arwah yang tinggal untuk menjaga hutan sagu dan pohon palem yang merupakan sumber makanan utama masyarakat Asmat di Papua.
Sejak era kolonial Belanda,patung Asmat tadinya dinilai sebagai benda primitif dan wujud kepercayaan terhadap arwah-arwah jahat. Tapi pada akhirnya menjadi terkenal dan disimpan di sejumlah museum di dunia.Nilaipatung Asmatmenjadi setingkat dengan barang-barang hasil seni Eropa dan hasil kebudayaan yang tinggi dari daerah Sungai Nil, Eupharathes, Gangga, dan Indus. Sungguh membanggakan ya!.( Kidnesia.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar