About

Kamis, 16 Januari 2020

Tema 6 SUbtema 2 PB 4 dan 5

Tema 6 Subtema 2 PB 4 dan 5
Hari/Tanggal : Kamis, 16 Januari 2020

Rumah adat Banten yang merupakan salah satu jenis rumah adat yang didiami oleh para penduduk suku Baduy ini ternyata sangat unik, Sahabat 99.
Jenis rumah adat di Indonesia ini bahkan memiliki tiga nama berbeda: rumah adat Banten, rumah adat Baduy, serta Sulah Nyanda.
Sesuai namanya, kamu bisa menemukan jenis rumah adat Baduy ini di wilayah utama suku Baduy di Provinsi Banten.
Bila diperhatikan, rumah adat Banten memiliki kemiripan dengan salah satu jenis rumah adat Sunda tepatnya pada bentuk bangunannya.
Ya, rumah adat Baduy ini memiliki bentuk yang serupa dengan salah satu model rumah adat Sunda yang disebut Julang Ngapak.
Sangat menarik bukan?
Yuk, kita kenali lebih jauh rumah adat khas suku Baduy ini.

Ruangan di Rumah Adat Banten

rumah adat banten
Sumber: partiko.app
Sama seperti rumah adat di Indonesia lainnya, rumah adat Banten juga memiliki beberapa jenis ruangan di dalamnya.
Setiap ruangan tersebut tentunya memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda pula.
Berikut ini beberapa jenis ruangan yang terdapat dalam rumah adat Baduy Sulah Nyanda:

1. Soroso

Soroso adalah bagian depan rumah yang persis seperti beranda.
Penghuni rumah biasanya menjadikan Soroso sebagai tempat bersantai sekaligus tempat untuk menerima tamu.
Selain itu, ruangan ini juga menjadi tempat berkegiatan anak-anak perempuan utamanya dalam kegiatan 

2. Tepas

Maju ke area berikutnya di dalam rumah, kamu bisa menemukan ruangan bernama Tepas.
Tepas menjadi pusat berbagai aktivitas utama keluarga di rumah seperti untuk acara syukuran dan juga pertemuan.
Ruangan ini pun bisa dijadikan sebagai tempat rehat dan istirahat di malam hari.

3. Ipah

Lanjut ke ruangan berikutnya di rumah adat Banten, kamu akan menemukan sebuah ruangan bernama Ipah.
Ruangan ini terletak di belakang rumah dan menjadi tempat untuk menyimpan bahan makanan sekaligus tempat memasak.
Uniknya, Ipah juga ternyata menjadi ruang paling utama di dalam rumah yang sering dijadikan tempat tidur bagi para kepala keluarga.

4. Leuit

Selanjutnya ada Leuit yang persis seperti lumbung padi, tempat menyimpan berbagai hasil bumi masyarakat suku Baduy.
Leuit yang dianggap sebagai simbol ketahanan pangan masyarakat Baduy biasanya dibangun di luar kampung agar lebih aman.
Agar aman, Leuit biasanya dilindungi oleh mantra-mantra khusus yang dibacakan oleh seorang puun atau ketua adat.

Ciri Khas Rumah Adat Baduy

Lumrahnya, setiap rumah adat yang dibangun pasti memiliki kekhasan tersendiri baik dari segi fisk ataupun fungsinya.
Begitu pula dengan rumah adat Banten Sulah Nyanda yang memiliki berbagai ciri khas yang unik yang membedakan dengan rumah adat lainnya.
Berikut ini beberapa ciri khas rumah adat Sulah Nyanda:
  1. Rumah dibangun dengan model rumah panggung, sehingga bagian bawah tak menyentuh permukaan tanah.
  2. Penyangga untuk pondasi rumah adat Banten menggunakan batu yang menyangga setiap tiang.
  3. Bahan baku rumah adat ini didominasi oleh material kayu, berlaku juga untuk bagian dindingnya.
  4. Umumnya bangunan memiliki dua bagian atap, kiri dan kanan. Atap bagian kiri biasanya memiliki bentuk yang lebih panjang dari pada atap kanan.
  5. Bagian atapnya menggunakan material daun kelapa atau ijuk.
  6. Seluruh rumah adat Baduy ini dibangun tanpa jendela.
  7. Material lantai dibangun menggunakan potongan-potongan bambu.

Filosofi Unik Rumah Adat Banten Sulah Nyanda

Sama seperti rumah adat lainnya, rumah adat Banten juga dibangun bukan hanya sekadar sebagai tempat tinggal.
Bagi masyarakat Baduy, rumah merupakan perlambang yang khas atas kepribadian serta jati diri mereka masing-masing.
Oleh karena itu, pembangunannya pun tidak sembarangan dan harus mengikuti berbagai aturan adat.
Salah satu prinsip yang paling utama yaitu rumah adat harus selaras dengan alam dan tak boleh merusak lingkungan sekitar.
Hal ini terbukti dari ukuran tiang-tiang pondasi yang tak memiliki ketinggian yang sama.
Tak hanya itu, pembangunan rumah juga hanya diperbolehkan menghadap ke dua arah saja, arah utara dan arah selatan.
Menurut feng shui khas masyarakat Baduy, kedua arah tersebut dikatakan akan membawa kebaikan dan dua arah lainnya akan membawa keburukan.
Prinsip eco-friendly sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Baduy, sehingga mereka tak menggunakan paku dalam setiap bangunan rumah adatnya.
PB 5
SBdP
Siswa mampu mempraktekkan tari kupu-kupu

Tari Kupu-Kupu

Tari kupu-kupu sendiri termasuk contoh tari yang gerakannya mudah dipelajari. Tak mengherankan jika kemudian ia kerap diajarkan pada anak-anak tingkat sekolah dasar sebagai sarana pengenalan budaya. Nah, di artikel kali ini, kami akan membahas bagaimana gerakan tari kupu-kupu tersebut lengkap dengan latar belakang sejarah kemunculannya, kostum, serta properti-properti yang dibutuhkan untuk mendukung pementasan tarian ini.

Tari Kupu-Kupu

1. Tema dan Makna Filosofi

Secara filosofis, tari kupu-kupu ciptaan I Wayan Beratha adalah sebuah tari yang menggambarkan kedamaian, eksotisme, dan keindahan pulau dewata, Bali. Gerakan gemulai para penarinya yang tampak seperti kupu-kupu yang sedang terbang ditambah dengan padanan warna-warni kostum yang dikenakan penarinya membuat tarian ini tampak harmonis.

2. Gerakan Tari Kupu Kupu

Tarian ini didominasi oleh semua gerak tubuh, utamanya adalah gerakan kaki dan tangan yang terus mengikuti ketukan irama kendang. Di samping itu, gerakan yang paling menonjol adalah ketika pata penarinya memainkan tangannya naik turun seraya memegang selendang berwarna cerah yang tampak seperti sayap kupu-kupu yang tengah terkembang.

Secara sederhana, gerakan-gerakan tari kupu-kupu tersebut dapat Anda lihat pada tampilan video di bawah ini.



3. Iringan Tari

Tari kupu-kupu hingga kini kerap dipentaskan bersama iringan gamelan Bali. Bunyi orkestra gamelan yang padu padan diiringi dengan gerakan ritmis yang sesuai irama menghasilkan sebuah pertunjukan yang tampak menyejukan hati. Bisa dikatakan, tari kupu kupu merupakan antitesa dari tari Kecak yang kental dengan hentakan-hentakan kasar.

Gamelan Bali yang menjadi satu-satunya pengiring tarian ini dimainkan oleh sekelompok musisi di bagian samping pentas. Jumlah pemain musiknya sendiri tergantung dari berapa alat musik yang dimainkan dalam mengiringi tarian ini. adapun pada perkembangannya, tari kreasi baru ini juga kerap dibubuhi oleh nyanyian atau gending yang dibawakan oleh satu atau dua orang sinden.

4. Setting Panggung

Baik pria atau wanita, semuanya boleh menarikan tarian asal Bali ini. kendati begitu, dalam satu kali pertunjukan jarang ditemui pencampuran keduanya. Jika ditarikan oleh pria, maka semua penarinya harus pria, begitu sebaliknya.

Adapun jumlah penarinya sendiri harus dalam bilangan ganjil, paling sedikit 3 penari dan paling banyak 9 orang penari. Namun, jumlah yang paling sering ditemui adalah jumlah 5 orang penari.
Gerakan Tari Serampang Dua Belas
Gerakan Tari Tanggai asal Sumatera Selatan
Gerakan Tari Gandrung Banyuwangi

5. Tata Rias dan Tata Busana

Tata rias dan tata busana yang digunakan para penari tari kupu-kupu dibuat sedemikian rupa sehingga tampak menyerupai bentuk kupu-kupu aslinya. Secara pakem, mereka umumnya mengenakan atasan berupa kemben dengan bawahan kain batik. Di bagian kepala dilengkapi dengan semacam mahkota berwarna emas yang memiliki 2 antena agar menyerupai bentuk kepala kupu-kupu. Warna kostum sendiri tidak ada patokan, yang penting harus berwarna cerah agar tampak lebih indah.

6. Properti Tari

Properti utama yang digunakan dalam tarian ini adalah sebuah selendang atau sampur yang diikatkan di pinggang dan digunakan dalam tarian sebagai gambaran sayap kupu-kupu. Selain selendang, tidak ada properti lain yang digunakan dalam tarian ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar